Search This Blog

Jam Makan Siang di BEI Kelamaan, Perlu Dipangkas? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang setahun Inarno Djajadi menjabat sebagai Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), tentunya banyak pencapaian yang sudah diraih dan ada beberapa hal yang mungkin perlu dibenahi agar mencapai hasil yang lebih baik.

Lamanya jam perdagangan efektif misalnya, bisa dipertimbangkan untuk diperpanjang, karena waktu istirahat dan makan siang di bursa saham Indonesia lebih panjang dibandingkan dengan beberapa negara.

Berdasarkan data Stock Market Clock, rata-rata jam perdagangan bursa di dunia adalah 25-35 jam per pekan. Bursa saham Amerika Serikat (AS), yang diwakili dia bursanya (New York Stock Exchange dan Nasdaq) misalnya, total jam perdagangan sepekan adalah 32,5 jam dan tak ada waktu istirahat atau makan siang.


Bursa saham London (Inggris) memiliki lama jam perdagangan efektif 41,3 jam dalam sepekan (jauh di atas rata-rata), juga tanpa jam istirahat. Di Asia, total jam perdagangan bursa Singapura adalah 35 jam sepekan, dengan satu jam istirahat per hari.

Sementara itu, bursa Malaysia memiliki waktu istirahat yang cukup lama yakni 2 jam per hari, dengan total jam perdagangan 30 jam per pekan. Bursa saham Taiwan memiliki jam perdagangan lebih sedikit dibandingkan rata-rata, yakni 22,5 jam per pekan, dan tanpa ada jam istirahat.

Perlu dicatat, bursa saham Hong Kong tercatat sudah dua kali memangkas lama jam istirahatnya, yakni pada Maret 2011 dan Maret 2015 masing-masing hingga 30 menit, sehingga jam istirahat Indeks Hang Seng kini menjadi 1 jam.

Mengikuti Hong Kong, bursa saham Tokyo juga memangkas jam istirahat selama 30 menit menjadi 1 jam pada November 2010.

Jam Makan Siang di BEI Kelamaan, Perlu Dipangkas?Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Vincent Yu)

Pemangkasan waktu istirahat ini dipercaya dapat meningkatkan nilai transaksi, dan bersaing dengan bursa saham regional lainnya dalam meraih investor asing.

Di Indonesia, lama jam perdagangan adalah 26,5 jam per pekan, dengan waktu perdagangan mulai 09:00 WIB-16:00 WIB, dipotong 1,5 jam istirahat dan makan siang pada Senin-Kamis, dan 2,5 jam pada Jumat.

Memang jam istirahat di bursa Indonesia lebih singkat dari Malaysia, dan secara total jam perdagangan Indonesia juga masih kalah dari Malaysia, yang sampai pukul 05.00 sore.

Dengan total 26,5 jam perdagangan, rata-rata nilai transaksi di BEI mencapai Rp 46,2 triliun per pekannya. Data yang digunakan memperoleh rata-rata tersebut adalah dari pekan pertama 2019 hingga pekan kedua Juni, berdasarkan rilis dari BEI.

Melihat rata-rata nilai transaksi per pekan tersebut, maka bisa didapat nilai transaksi IHSG per jamnya sebesar Rp 1,74 triliun. Nilai yang cukup besar, dan bisa bertambah besar lagi jika jam istirahat di IHSG dikurangi atau mungkin dihilangkan seperti Wall Street, bursa saham London, atau bursa Taiwan.


Investor Lebih Responsif

Pengurangan waktu istirahat juga bisa membuat investor lebih responsif menanggapi isu-isu yang bisa berdampak pada pergerakan bursa. Contohnya saat lembaga pemeringkat S&P 500 mengumumkan kenaikan peringkat kredit Indonesia Indonesia pada 31 Mei lalu, BEI sedang istirahat dan begitu perdagangan dibuka IHSG langsung melesat naik.

Dengan waktu istirahat yang lebih singkat, pergerakan IHSG pun bisa lebih stabil. Stabilitas merupakan hal yang penting di pasar saham yang bisa menarik lebih banyak investor baik lokal maupun asing.

Lebih banyak investor asing masuk, berarti aliran hot money ke Indonesia bisa semakin deras yang dapat memberikan dampak positif ke nilai tukar rupiah.

Total waktu istirahat di IHSG dalam sepekan 8,5 jam, jika dikurangi masing-masing 30 menit per hari, maka akan ada tambahan 2,5 jam untuk perdagangan efektif. Dan nilai transaksi bisa saja terjadi penambahan nilai transaksi sekitar Rp 4,4 triliun dalam sepekan atau akan ada peningkatan sebesar 9% dari rata-rata mingguan Rp 46,2 triliun.

Bagaimana jika waktu istirahat dikurangi menjadi 1 jam per hari, 30 menit, atau bahkan ditiadakan?

Peningkatan nilai transaksi juga bisa mengembangkan industri finansial dalam negeri. Perusahaan sekuritas menjadi penerima dampak langsung. Fee transaksi 'beli' perusahaan sekuritas bisanya sebesar 0,18% dan transaksi 'jual' sebesar 0,28%.

Jika ada penambahan transaksi misalnya Rp 8,7 triliun (dengan penerapan 1 jam istirahat setiap hari), maka fee yang didapat perusahaan sekuritas dari transaksi 'beli - jual' sekitar Rp 26 miliar per pekan. Fee yang cukup besar tersebut tentunya bisa membantu mempercepat pengembangan industri sekuritas, dan bursa saham Indonesia umumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/ags)

Let's block ads! (Why?)

Baca Dong Di sini https://www.cnbcindonesia.com/market/20190627204346-17-81201/jam-makan-siang-di-bei-kelamaan-perlu-dipangkas

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Jam Makan Siang di BEI Kelamaan, Perlu Dipangkas? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.